Pages

Monday, August 16, 2010

dari Pejalan Kaki ke Penebeng Sejati

Tak terasa sudah lama, hon merantau di ranah minang ini, tepatnya sudah hampir 2 tahun. Masih ingat di angan 31 Agustus 2008 sambil menahan haru, keluarga melepas hon ke padang. Tiga ramadhan telah dilalui di tanah ini bersama 20-an lainnya yang juga perantau... diantara-nya 6 sahabat perempuan hon yang tough abis.. berani merantau hingga ke sini...

dan selama itu pulalah hon bertempat tinggal di komplek perusahaan L75, sebuah komplek untuk karyawan, mess hon tepat di depan lapangan bola kecil, lapangan bola besar terletak dekat dengan kantor pusat, pandangan keluar rumah langsung tertuju pada deretan silo-silo dan cerobong suspension preheater, yang terkadang berbatuk-batuk ria. lucunya batuk itu terkadang menenangkan kami, karena berarti pabrik tidak stop hehehehe -bukan suatu hal yang baik memang, namun suatu hal yang lucu bagi kami.


selama itu pula lah hon menuju tempat kerja dengan berjalan kaki, mulai ketika OJT di pusdiklat, sumpah beneran hon pernah jalan ampe sono, stengah jam waktu yang dibutuhkan untuk ke pusdiklat, namun alhamdulillah, seringnya begitu di tengah jalan, banyak teman dan bapak-bapak yang mengangkut hon hingga atas. Begitu juga ketika hon ditempatkan di pabrik, masih setia jalan kaki. dan terakhir ketika hon ditempatkan di kantor pusat, tentu setiap pagi, berangkat dengan jalan kaki, 5-10 menit untuk sampai di kantor pusat. ketika hari cerah hingga hari hujan... melewati TK, GOR, SMU, lapangan bola besar, sambil ngeliatin daerah tambang, mengagumi alam sumatera... menikmati sejuknya udara indarung ketika mendung atau gerimis, bermesraan dengan air hujan, dan yang paling hon suka adalah pemandangan setelah hujan, subhanallah hijau segar dimana-mana...

dan sekarang itu semua berubah... perusahaan memindahkan kami yang tersisa ke mess tamu Bukit Atas, masih dalam komplek namun di atas, jauh di atas Pusdiklat...*curhat hon termuat pada tumblr hon lohh -promosi mode on- hehehehe*

hon yang sudah dua tahun bekerja di sini, blom juga punya kendaraan, sepeda gunung yang hon punya, dan itu pun kepayahan kalo harus ke Bukit Atas :( Dari sinilah status hon berubah dari pejalan kaki ke penebeng sejati. jauhnya letak Bukit Atas dan lebih terpencilnya dari keramaian, serta tidak punya-nya kendaraan bermotor membuat hon, menggantungkan diri pada tebengan teman.

Alhamdulillah, berangkat hon ada tebengan MRQ, kalaupun MRQ dinas, masih bisa menebeng teman yang bekerja di pabrik. tapi kalo pulang... diperebutkan oleh temen-temen buat kasih tebengan hon ke Bukit Atas *baca sebaliknya, red* hehehehehe... Alhamdulillah sebagian temen hon ini mengerti keadaan hon... mulai dari nebeng MRQ, meminta tolong diampiri si Emprit, hingga nungguin si Koko pulang... sungkan sih sebenernya minta anter terus... tapi mau gimana lagi... apalagi kalo pulang kantor... kalo masih ada matahari bertengger, berjalan kaki masih memungkinkan.. lah, kalo matahari dah nyungsep... Astaghfirullah... jalan kaki pun segan...

Guys, makasih banyak yah...

entah sampai kapan kebaikan kalian ini berlanjut? terima kasih banyak, maaf merepotkan kalian.
Ya Allah, sampai kapan penebeng sejati ini bertahan?
whatever it is, I know for sure this is for my goodness, and there's some lesson that I can learn in here.

there's always a sunshine after the rain

with love,
always
hon

No comments: